Mungkin
tidak banyak yang tahu tentang sosok guru YPID (kala itu masih bernama
Arrabithah Al-Alawiyah) yang satu ini. Beliau adalah Al-Habib Al-Ustad Ali bin
Yahya. Ketinggian ilmu tata bahasa Arab serta akhlak yang mulia melekat pada
diri beliau. Meski memiliki ilmu yang tinggi, namun beliau tetap menunjukkan
ke-tawadhu’-annya.
Berkat
keahliannya dalam bahasa Arab, beliau dipercaya oleh Presiden Soekarno sebagai
penerima tamu bagi delegasi negara-negara Timur Tengah pada saat berlangsungnya
Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955.
Hingga
pada suatu saat (era tahun 1960-an), berkat diplomasi dan kedekatan
pengurusnya, Yayasan Arrabithah Al-Alawiyah berkesempatan untuk mendapat
kunjungan dari Mantan Presiden Anwar Sadat (kala itu masih menjabat Menteri
Pendidikan Mesir).
Berbagai
persiapan dilakukan untuk menyambut kedatangan tamu negara yang satu ini. Mulai
dari tempat, makanan hingga tamu undangan yang terdiri dari tokoh masyarakat
dan alim ulama saat itu. Namum hingga tiba saat kunjungan yang telah
dijadwalkan, Mantan Presiden Anwar Sadat beserta delegasinya belum juga
memasuki area sekolah YPID.
Memang
sedianya karena pertimbangan jadwal yang padat, Anwar Sadat hanya akan
melakukan kunjungan singkat tatap muka yang bersifat seremonial dan segera
meninggalkan kota Solo.
Hingga
acara demi acara berlalu menunggu kedatangan delegasi Anwar Sadat. Pada saat
acara sambutan dari Arrabithah Al-Alawiyah yang disampaikan oleh guru kita
Al-Habib Al-Ustad Ali bin Yahya, tibalah delegasi Anwar Sadat.
Pada
saat delegasi tamu kehormatan memasuki area sekolah YPID, Anwar Sadat sempat
berhenti sejenak (demikian kata saksi hidup yang menyaksikan kejadian tersebut)
untuk mendengarkan sambutan yang dibacakan oleh Al-Habib Al-Ustad Ali bin
Yahya. Ketika mendengarkan sambutan demi sambutan berupa syair dan ilmu yang
keluar dari Al-Habib Al-Ustad Ali bin Yahya, tampak Anwar Sadat menikmati
sambutan tersebut hingga mempertimbangkan untuk menduduki kursi kehormatan yang
telah disediakan. Lama Anwar Sadat mendengarkan sambutan tersebut, hingga
giliran Anwar Sadat untuk naik ke atas podium. Dalam pidatonya, Anwar Sadat
menyatakan bahwa “Saya telah berkeliling kota-kota di Indonesia, namun baru
kali ini menjumpai orang Indonesia yang mempunyai ketinggian ilmu dalam bahasa
Arab melebihi yang saya temukan di negara kami. Saya yakin disinilah sebenarnya
pusatnya ilmu”.
Pujian
dan penghargaan juga diterima oleh Al-Habib Al-Ustad Ali bin Yayha ketika
menerima kunjungan dari Rektor Universitas Al-Azhar Cairo Mesir di Balai Kota
Solo. Ketinggian ilmu bahasa Arab beliau yang konon diketahui setelah
memberikan sambutan sebagai Ketua Panitia Acara tersebut, telah mengundang
decak kagum sang Rektor. Hingga sang Rektor memberi tempat duduk disampingnya
yang semula hanya menempati kursi yang berada di bawah panggung.
Berkat
kepiawaian beliau, Rektor Al-Azhar Cairo bersedia mengirimkan dua orang guru
yaitu Ustad Abubakar Shahab dan Ustad Abdul Mun’im untuk mengajar di Arrabithah
Al-Alawiyah.
Al-Habib
Al-Ustad Ali bin Yahya telah mengukir sejarah dengan tinta emas. Beliau tidak
puas hanya sebagai pelaku sejarah, namum beliaulah yang membuat sejarah untuk dikenang
dan dijadikan panutan kita dalam belajar, mengajar dan beramal.
Semoga
Allah merahmati beliau dan menempatkan beliau di tempat yang tinggi di sisi-Nya.